"Tok tok tok!”
Pipo yang sedang menunggu ayahnya pulang kerja, jadi kaget. Mungkinkah itu bunyi ketukan pintu? Pikir Pipo ragu. Selama ini, memang tak pernah ada seorangpun yang mau berkunjung ke gubuk reyotnya. Apalagi malam-malam begini.
Karena ketukan itu kembali terdengar, Pipo akhirnya membuka pintu. Di depan pintunya, ada seorang kakek kurus yang menenteng tas lusuh. Ia berdiri tersenyum disana,
“Bolehkah aku numpang berteduh, Nak? Hujan rupanya turun semakin deras.”
“Oh, tentu saja, Kek. Silakan masuk…”sahut Pipo ramah.
Pipo segera menggelar tikar. Ia lantas menyuguhkan segelas minuman hangat dan sedikit makanan yang ia punya. Pipo memang miskin, tetapi ayahnya selalu mengajarinya untuk bersikap baik dan menghormati tamu.
Setelah hujan reda, sang Kakek pamit untuk melanjutkan perjalanan. Pipo pun kembali tidur-tiduran. Saat ia hampir terlelap, bunyi ketukan pintu terdengar lagi. Pipo segera membukakan pintu. Kini yang datang adalah seorang nyonya gemuk berpakaian mewah. Wajah nyonya itu begitu pucat sampai-sampai Pipo bergidik. Tetapi, dengan sopan, ia tetap mempersilahkan nyonya itu masuk.
“Apa kau mau menjual tas itu untukku?” Si Nyonya Gemuk menunjuk ke tengah ruangan.
Pipo pun menoleh dan melihat sebuah tas lusuh. Aih! Itu kan, tas milik Kakek tadi!
“Maaf…” jawab Pipo.”Itu bukan tas saya.”
“Kalau kau memberikannya padaku, aku akan membayarnya dengan makanan-makanan yang sangat lezat selama setahun. Kulihat kau begitu kurus. Kau pasti kurang makan.”
Pipo menggeleng.” Maaf. Saya tidak bisa menjualnya.”
Si Nyonya Gemuk pun langsung pergi dengan gusar.
Tak lama setelah Pipo menutup pintu lagi, seseorang kembali mengetuk pintu. Hmmm, kini yang datang adalah seorang tuan yang tinggi tegap dan berwajah sangat pucat. Yang membuat Pipo terkejut , Tuan itu juga ingin membeli tas lusuh yang tertinggal di rumahnya. Tetapi, Pipo tetap tidak mau menjual tas itu karena itu bukan miliknya.
“Pikirkanlah lagi. Aku akan membayarnya dengan sebuah rumah mewah dan baju-baju baru, kalau kau mau menjual tas itu padaku.”
“Saya tetap tidak bisa. Saya hanya akan memberikan tas itu pada pemilik aslinya. Maafkan saya….”kata Pipo.
Tuan berwajah pucat itu pun pergi dengan marah dan menghilang ke dalam malam yang gelap.
Hiii… Pipo bergidik lagi. Siapa tamu-tamu aneh itu? Kenapa mereka menginginkan tas itu. Oooh, Pipo sangat penasaran dan ingin membuka tas itu, tetapi ia segera mengurungkan niatnya. Ia tidak mau sembarangan membuka tas milik orang lain.
Tak lama, pintu diketuk lagi. Pipo segera membukakan pintu dengan jantung bergetar keras. Apakah kali ini ada tamu aneh lagi?
Huff, ia sangat lega karena yang ia lihat adalah ayahnya. Namun, eh, Pipo sangat terkejut saat melihat si Kakek yang tadi datang, sekarang ada di belakang ayahnya.
“Kakek, tasmu tertinggal,” Pipo cepat-cepat mengambil tas itu dan menyerahkannya pada si Kakek.
“Oh, terima kasih karena sudah menjaga tasku, Nak. Aku sudah mencarinya kemana-mana tadi,” Kata Si Kakek seraya membuka tas itu.
“Hei, kenapa ada begitu banyak kantong kain di dalam tasku? Aku, kan, hanya punya satu kantong kain,” kata si Kakek heran.
Kakek itu segera menumpahkan kantong-kantong itu ke lantai. Ia mengambil satu kantong untuk dimasukkan kembali ke tasnya, lantas berpamitan.
“Kenapa tidak membawa semuanya?” tanya ayah Pipo.
“Itu bukan milikku. Kalau kantong-kantong itu tiba-tiba muncul di rumah ini, berarti keajaiban itu memang ditakdirkan untuk menjadi milik kalian,” sahut si Kakek seraya berbalik pergi.
“Tunggu, Kek. Tadi ada dua orang yang mencoba membeli tasmu ini, Kek. Sebenarnya siapa mereka?”tanya Pipo.
“Oh, mereka pasti hanya tamu-tamu aneh saat malam. Tetapi, tamu-tamu macam itu tak akan berani berbuat jahat pada anak yang jujur dan baik hati. Buktinya, tasku masih ada di sini!” si Kakek tersenyum bijak. Lalu, ia pergi menembus malam yang gelap.
Pipo dan ayahnya segera membuka kantong-kantong kain itu. Wow! Ternyata isinya keeping-keping uang emas!
Ooh…Pipo dan ayahnya langsung berpelukan. Mereka begitu bahagia dengan keajaiban yang mereka dapatkan malam itu.
Oleh Nina S
Sumber: Majalah Bobo Edisi 32, Terbit 14 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar