Dahulu kala, ada seorang Pangeran bernama Unwar. Pangeran itu baru saja melangsungkan pernikahan. Mula-mula pesta itu berlangsung dengan meriah. Akan tetapi, ketika kedua mempelai hendak memasuki ruang pengantin, istri Unwar di culik oleh jin raksasa. Ia dibawa terbang ke udara dan digendong di pundaknya.
Unwar yang melihat kejadian itu sungguh kaget. "O, istriku, apa yang terjadi padamu? Dapatkah kita bertemu lagi?" katanya sambil menangis.
Unwar punya seekor kuda kesayangan. Ketika ia menangis, kuda itu mendengarnya dari jendela."Hai, Pangeran Khurasan, aku akan menolongmu, karena aku bukanlah kuda biasa, melainkan seorang manusia yang telah disihir menjadi kuda."
Mendengar kudanya dapat berbicara, Unwar lalu keluar," Hai, kuda ajaib, ceritakanlah kepadaku mengapa kau bisa menjadi seekor kuda," kata Unwar sambil mengusap-ngusap pundak kuda itu.
"Sebenarnya, Aku seorang anak muda dari sebuah keluarga bangsawan." kata kuda itu memulai ceritanya. "Aku tinggal di sebuah desa dengan ayah dan ibuku. Mula-mula, kami hidup dalam keadaan tenang dan bahagia., namun akhirnya musibah menimpa kami. Suatu hari, ketika ibuku hendak pergi ke tempat mandi, secara tidak sengaja kerudungnya terbuka. Kebetulan, disana, ada seorang tukang sihir yang melihatnya. Tukang sihir itu tertarik pada ibuku dan berniat hendak membawanya pergi. Ibuku memang seorang wanita cantik. Tapi, tentu saja, aku tidak setuju. Ketika tukang sihir itu hendak membawa ibuku, aku tarik tangan ibuku, lalu kutarik janggut tukang sihir itu. Tukang sihir itu sangat marah padaku, lalu ia baca mantera-mantera untuk kami berdua, maka jadilah aku seekor kuda, namun aku tak tahu dimana ibuku berada. Begitulah kisah sedih yang menimpa diriku. Tapi, dengan jadinya aku kuda, aku lebih banyak tahu tentang tukang sihir dan jin-jin jahat daripada manusia. Jadi aku dapat membantumu."
"Tapi, bagaimana kau dapat membantuku?" tanya Unwar. "Istriku telah dibawa pergi. Jangan-jangan sudah mati.
"Jangan takut, sang pangeran." jawab kuda itu. "Bersiap-siaplah bawa makanan, karena kita akan mengadakan perjalanan. Aku akan menunjukkanmu di mana istrimu berada."
"Bagaimana kau bisa tahu, coba ceritakan padaku, karena aku tidak paham mengenai masalah ini?" tanya sang pangeran semakin bingung.
"Sebelum aku dijual di pasar dan menjadi peliharaanmu," kata kuda itu melanjutkan ceritanya,"Aku dipelihara oleh seorang pedagang. Suatu hari, pedagang itu membawaku pada perjalanan yang jauh, yaitu ke Cathay. Hari demi hari kami lalui. Gunung demi gunung kami lewati, hingga akhirnya sampailah kami pada sebuah gunung. Keindahan gunung itu tidak dapat digambarkan, karena terbuat dari permata hijau. Pedagang itu tidak dapat melanjutkan perjalanannya, karena jalan buntu, baik untuk manusia maupun binatang buas. Akan tetapi, tiba-tiba, terbukalah pintu gunung itu dan sesosok makhluk berkaki besar dan tinggi seperti raksasa muncul dari pintu itu."
"Hai, manusia dan kuda," kata makhluk itu."Tidak ada jalan yang dapat kalian lewati dengan selamat disini. Gunung Permata Hijau ini tempat tawanan kami, yaitu para gadis desa, puteri raja, atau anak-anak yang akan tumbuh menjadi raja. Semuanya dibawa oleh tuan kami, yaitu Jin Hijau,"
"Mendengar perkataan jin itu, pedagang itu ketakutan, karena sebelumnya ia belum pernah bertemu dengan jin. Tangannya gemetar, lalu ia turun dan mencambukku agar aku bisa berjalan lebih cepat, menjauh dari gunung itu." kata kuda itu mengakhiri ceritanya.
"Oo, begitu,' jawab pangeran Khurasan itu sambil mengusap keningnya. "Jadi kau akan membawaku ke sana? Betulkah tunanganku yang malang itu disembunyikan disana?"
"Ya, mungkin saja," jawab kuda itu," mari kita pergi ke sana."
Pangeran Unwar mengganti pakaian mahalnya dengan pakaian yang sederhana, agar sesuai dengan pakaian seorang pengembara. Kemudian, ia menyiapkan sekarung gandum untuk kudanya dan buah-buahan untuknya, untuk bekal dalam perjalanan.
Setelah berhari-hari dan bermalam-malam melewati lembah-lembah dan padang rumput, akhirnya mereka tiba di jalan setapak menuju ke arah Gunung Permata Hijau.
"Sekarang, dengarlah," kata kuda itu sambil mengunyah gandum di sebelah pangeran Unwar yang duduk di atas batu sambil makan buah-buahan. " Kau harus membiarkan jin penjaga pintu itu tahu bahwa kedatanganmu untuk membebaskan sang puteri. Beritahukan padanya bahwa kau membawa harta yang banyak. Katakan bahwa harta itu ada dalam karung gandum ini. Tawarkan pada jin itu agar ia mau melihat harta itu, dan usahakan agar ia memasukkan kepalanya ke dalam karung gandum ini. Jika kepalanya telah masuk, maka ikatlah. Dengan demikian, kita bisa masuk ke gunung itu.
Ketika Pangeran Unwar dan kuda itu tiba di tempat tersebut, tiba-tiba pintu gunung itu terbuka dan kepala jin penjaga pintu itu muncul.
"Hai, manusia dan kuda, mau apa kalian kesini?." teriak jin itu. "Tidak ada tempat yang dapat kaliwan lewati dengan aman disini, karena Gunung Permata Hijau ini tempat para tawanan yang dibawa oleh jin gunung ini."
Sang Pangeran mengangkat tangannya, " Aku ke sini membawa tas berisi harta. Aku ingin memperlihatkannya padamu. Maka dari itu, lihatlah kemari.
Jin penjaga gunung yang tertarik melihat harta itu, lalu memasukkan kepalanya ke dalam karung itu. Maka, dengan segera Pangeran Unwar mengikatnya dengan kuat. Ia bawa karung itu ke dalam gunung permata hijau. Jin penjaga gunung itu berontak-berontak dan berteriak-teriak dengan kerasnya, tetapi tetap saja ia tidak dapat keluar. Pangeran Unwar meletakkan karung itu di tanah.
Di dalam Gunung Permata Hijau ada sebuah gua yang besar yang terbuat dari permata hijau. Gua itu memancarkan sinar yang aneh dan menakutkan. Pangeran Unwar melihat banyak gadis dan anak-anak di sana. Tangan mereka diikat di batu. Maka, dengan sigap, ia membebaskan mereka. Akan tetapi, Pangeran Unwar belum juga melihat istrinya.
Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan yang datang dari kurungan emas yang tergantung tinggi di sebuah gantungan baja besar.
"Unwar, aku disini, selamatkan aku."teriak sang istri dengan keras sambil menangis, ketika melihat
Pangeran Unwar.
"Tunggu sebentar. Aku akan menolongmu," teriak Pangeran Unwar, lalu ia naik ke punggung kuda dan membuka pintu kurungan, lalu ia membawa sang puteri keluar dari kurungan itu.
"Bagaimana kita bisa lari dari sini?" tanya para tawanan. "Jin Gunung Permata Hijau akan kembali dalam beberapa menit lagi. Dia akan membunuh kita semua."
"Jangan takut," kata kuda ajaib itu. "Aku akan menolong kalian. Masing-masing dari kalian harus mencabut sehelai rambut yang ada dari ekorku. Peganglah rambut itu kalau jin itu datang. Ia tidak akan bisa melihat kalian."
Dengan cepat, setiap tawanan mencabut sehelai rambut dari ekor kuda dan memegangnya. Terakhir, Pangeran Unwar.
Ketika Jin Gunung Permata Hijau itu muncul, ia sangat kaget, karena melihat gua itu tampak kosong. Ia melihat jin penjaga gunung diikat dalam karung, lalu ia berteriak, "Siapa yang telah melakukan ini kepadamu? Katakan padaku. Akan kupotong kecil-kecil. Di mana semua tawananku?" katanya dengan marah.
Jin itu mulai memperhatikan ke sekelilingnya, para tawanan telah hilang. Yang ada hanya seekor kuda.
"Hai, kuda jelek," teriak jin itu dengan nada marah. "Apa yang terjadi dengan tawanan-tawananku? Kalau kau tidak menjawab, akan kurobah kau jadi manusia."
Kuda itu tidak menjawab. Akhirnya, jin itu mengeluarkan manteranya, dan berubahlah kuda itu menjadi manusia. Namun, sebelum jin jahat itu berbuat sesuatu, anak muda itu dengan cepat menyerangnya dan memotong kepalanya dari badannya. Dengan teriakan yang menakutkan jin jahat itu pun jatuh di lantai gua gunung permata hijau.
Semua tawanan gembira melihat jin itu hancur, lalu mereka menunjukkan diri mereka. Mereka menari-nari di sekeliling tubuh jin jahat yang telah mengekangnya selama beberapa waktu, lalu satu per satu mereka keluar dari pintu gunung permata hijua. Mereka berjalan bersama-sama sampai ke rumah. Unwar dan istrinya kembali ke Khurasan, dan anak muda itu kembali ke rumahnya dengan membawa emas yang diberi oleh Unwar.
Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Petualangan Habib Bin Habib"
Penulis: Males Sutiasumarga
Penerbit: Zikrul Hakim (Divisi Zikrul Kids) - Jakarta Timur
Post Top Ad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar