Pada suatu hari seorang janda beserta dua orang anaknya, laki-laki dan perempuan, menghadiri undangan pesta kenduri di suatu desa. Tentu saja kedua anak itu amat senang. Mereka mengenakan pakaian yang bagus-bagus dan indah. Disana mereka dijamu dengan makanan dan minuman yang enak-enak. Pesta kenduri itu banyak dihadiri tamu. Selain diramaikan dengan musik, juga ada pertunjukan randai dan lain-lainnya. Kedua anak itu kemudian meminta izin kepada ibunya untuk melihat keramaian itu.
"Bu, kami ingin melihat randai dan pertunjukan lainnya," kata mereka pada ibunya.
"Boleh, Nak, tetapi ingat, ja. jangan pergi jauh-jauh....." pesan ibunya
Akan tetapi, kedua anak itu tidak puas hanya melihat pertunjukan saja. Setelah jemu menonton, kedua anak itu pergi ke tempat lain. Dalam kegembirannya, mereka lupa akan pesan ibunya. Kegairahan mereka menjadi bertambah besar tatkala melihat suatu kolam yang amat jernih airnya. Karena hari amat panas waktu itu, timbullah keinginan mereka untuk mandi di kolam itu. Tanpa pikir-pikir lagi mereka segera melepas pakaian mereka dan terjunlah mereka ke dalam air yang sejuk. Mereka berenang-renang kian kemari dengan gembiranya. Mereka tidak ubahnya seperti ikan-ikan.
Tidak berapa lama, sang ibu teringat akan anak-anaknya. Mereka tidak kembali ketempat pesta. Mulailah sang ibu bingung. Dicarinya ke sana kemari, tetapi tidak juga bersua.
Hari pun berganti petang, namun kedua anak itu belum juga dapat ditemukan. Si pulang sendiri sambil menangis sepanjang jalan. Ia terus mengenangkan nasib kedua anaknya yang tersayang. Karena amat lelah, setiba di rumah, ia segera tertidur.
Ia bermimpi melihat seorang nenek yang menghampirinya sambil berkata," Anak-anakmu sudah menjadi penghuni kolam, yang letaknya tidak jauh dari tempat pesta kemarin. Jika engkau hendak menjumpai anak-anakmu, lemparkan segenggam nasi ke dalam kolam itu. Nanti anak-anakmu akan menyambutmu.
Begitu ia terbangun, si ibu tergopoh-gopoh mendatangi kolam itu sambil membawa segenggam nasi. Setibanya di tepi kolam, si ibu menebarkan nasi sambil memanggil nama anak-anaknya. Tidak berapa lama muncullah dari kolam dua ekor ikan besar yang sangat indah tubuhnya. Melihat kedua ikan yang indah itu, si ibu segera meratapi dan menangisi nasib kedua anaknya. Mereka telah menjadi ikan. Orang-orang sedesa juga datang ke tempat kolam itu. Mereka mencoba menghibur kesedihan ibu yang malang itu. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia belaka. Si ibu amat sedih hatinya.
Sejak peristiwa itu, karena air kolam menjadi makin jernih dan berkilau, lambat laun desa itu mendapat nama Desa Sungai Jernih.
Desa ini terletak di sebelah utara Nagari Baso, Kabupaten Agam,
Kesimpulan
Cerita ini dapat digolongkan ke dalam legenda, karena cerita ini oleh penduduk setempat dianggap benar-benar terjadi. Sampai sekarang Kolam tersebut masih kita jumpai di Desa Sungai Jernih, Sumatera Barat.
Cerita ini memberi petuah kepada kita agar mau memperhatikan petunjuk orang tua, yang sudah tentu diberikan karena kasihnya kepada kita. Lagipula, sebagai orang tua yang sudah cukup memakan asam garam, mereka mengetahui akan bahaya yang bisa menimpa kita yang masih belum berpengalaman.
Begitu ia terbangun, si ibu tergopoh-gopoh mendatangi kolam itu sambil membawa segenggam nasi. Setibanya di tepi kolam, si ibu menebarkan nasi sambil memanggil nama anak-anaknya. Tidak berapa lama muncullah dari kolam dua ekor ikan besar yang sangat indah tubuhnya. Melihat kedua ikan yang indah itu, si ibu segera meratapi dan menangisi nasib kedua anaknya. Mereka telah menjadi ikan. Orang-orang sedesa juga datang ke tempat kolam itu. Mereka mencoba menghibur kesedihan ibu yang malang itu. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia belaka. Si ibu amat sedih hatinya.
Sejak peristiwa itu, karena air kolam menjadi makin jernih dan berkilau, lambat laun desa itu mendapat nama Desa Sungai Jernih.
Desa ini terletak di sebelah utara Nagari Baso, Kabupaten Agam,
Kesimpulan
Cerita ini dapat digolongkan ke dalam legenda, karena cerita ini oleh penduduk setempat dianggap benar-benar terjadi. Sampai sekarang Kolam tersebut masih kita jumpai di Desa Sungai Jernih, Sumatera Barat.
Cerita ini memberi petuah kepada kita agar mau memperhatikan petunjuk orang tua, yang sudah tentu diberikan karena kasihnya kepada kita. Lagipula, sebagai orang tua yang sudah cukup memakan asam garam, mereka mengetahui akan bahaya yang bisa menimpa kita yang masih belum berpengalaman.
Sumber : Buku Cerita Rakyat Dari Sumatera
Oleh : James Danandjaya
Penerbit : Grasindo
Oleh : James Danandjaya
Penerbit : Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar