Liset, itulah nama seekor kucing yang sangat rakus. Liset mempunyai dua orang adik bernama Meti dan Pulsi. Sebagai anak tertua, Liset sering bertindak sewenang-wenang pada kedua adik-adiknya. Walaupun demikian, adik-adiknya sangat sayang pada Liset.
Pada Suatu siang yang terik, ketika Ayah mereka sedang pergi, Ibu tampak kebingungan. Sebab hari ini ia hanya mendapatkan tiga ekor ikan. Dua ekor ikan kecil dan satu ekor ikan yang sangat besar.
"Bagaimana cara membaginya nanti?" pikir ibu sambil berjalan menuju rumah.
Dari kejauhan, Liset, Meti dan Pulsi berteriak-teriak menyambut kedatangan ibunya.
"Hore....Ibu sudah pulang!" ujar mereka serempak.
"Ibu, mana makanan untuk kami hari ini? Aku sudah sangat lapar," ujar Liset tidak sabar.
Lalu Ibu pun segera menyiapkan makan. Sambil merapikan meja, Ibu terus berpikir. Akhirnya Ibu mendapat akal untuk membagi ikan besar itu menjadi dua bagian. Sekarang kita mempunyai empat potong ikan. Ibu serahkan pada kalian untuk memilihnya," ujar ibu panjang lebar.
"Liset mau yang besar, Bu," ujarnya sambil mengambil ikan yang paling besar tanpa minta persetujuan pada adik-adiknya.
"Bagaimana dengan kalian?" tanya Ibu kemudian.
"Tak apa-apa, Bu. Kami makan ikan yang kecil saja," jawab Meti Singkat.
"Sekarang mari kita makan!" ajak Liset tak sabar.
Mereka pun makan dengan lahap. Di tengah keheningan, tiba-tiba saja Liset berteriak-teriak kesakitan.
"Aduh, tolong...tolong!" ujar Liset sambil memegangi lehernya.
"Ada apa Liset ?" tanya ibu seraya menghampiri.
"Ada duri ikan nyangkut di tenggoranku. Aduh, sakit sekali rasanya, Bu!"
"Coba buka mulutmu!" perintah Ibu. "Wah, besar sekali duri ikan yang nyangkut itu. Seharusnya kamu tidak menelannya. Kamu masih terlalu kecil sehingga belum dapat mencerna duri yang besar," ujar Ibu menasehati.
Kemudian Ibu pun mengelus-ngelus leher Liset. Meti dan Pulsi memperhatikannya dengan wajah cemas.
"Kalian tak perlu terlalu cemas, Kakak kalian akan baik-baik saja. Ibu akan menekan-nekan leher Liset sehingga ia dapat memuntahkan duri ikan itu," ujar Ibu kucing.
Tak lama kemudian dari mulut Liset terdengar suara serak.
"Huk...huk....huk. Durinya sudah keluar, Bu," ujar Liset dengan gembira,"terima kasih, Bu. Liset berjanji tidak akan rakus lagi.
Ibu tersenyum bahagia karena akhirnya Liset dapat sadar dengan sendirinya. Jika dia tidak rakus mungkin teman-teman dan adik-adiknya akan lebih sayang padanya.
Sumber : Bobo Edisi 02 Thn III, 27 Mei - 3 Juni 2003
Penulis (Diceritakan kembali oleh) : Yuniarti
Ilustrasi : Rudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar