Malam itu Yuri dan Anna, istrinya, dalam perjalanan pulang dari kota. Dmitry, bayi mereka tidur lelap di pelukan. Mobil tua bak terbuka milik Yuri menderu-deru di tengah lebatnya salju. Ketika sudah dekat rumah, lampu mobil menyorot benda berbulu tergeletak di jalan. Yuri turun untuk memeriksa. Ternyata seekor beruang. Jantungnya masih berdenyut. Yuri menaikkan beruang itu ke bak belakang dan menyelimutinya dengan karung bekas gandum.
Setiba di rumah, Yuri segera membasuh dan membalut luka-luka beruang itu. "Bagaimana kalau ia kita beri nama Alexander?" Yuri meminta pendapat istrinya. Anna mengangguk setuju.
Tiga hari kemudian, Alexander mulai pulih. Ia sudah bisa leluasa bergerak, bergulungan di salju. Yuri dan Anna sangat kagum, ternyata beruang itu sangat lembut dan bersahabat. Alexander lebih sering menyembunyikan kuku-kukunya yang tajam dibalik tebalnya bulu-bulunya.
Yuri dan Anna menganggap Alexander sebagai anggota keluarga mereka. Anna mengajari beruang itu cara menggoyang-goyang boks Dmitry dan memegangi botol susunya. Alexander melakukan semua itu dengan sempurna.
Pada mulanya, orang-orang di sekitar mereka menganggap tindakan keluarga Yuri sangatlah berbahaya. Mereka buru-buru menutup pintu rumah jika melihat Alexander bermain-main di luar.
"Kau harus membuktikan bahwa kau seperti mereka kira, Alexander," kata Yuri sambil mengelus-ngelus bulu Alexander.
Alexander seperti mengerti perkataan Yuri. Ia menunjukkan kasih sayangnya pada lingkungan sekitarnya. Ia bercanda dengan Angus si sapi. Serta menggiring Olga domba ketika Yuri hendak memangkas bulu-bulu mereka untuk dibuat wool yang hangat. Ow, Alexander juga membantu Pak Tua Oliver mendorong gerobak jeraminya menaiki tanjakan.
"Ouf, terima kasih, Alexander," kata Pak Tua Oliver sambil menyeka peluhnya. Pak Tua Oliver lalu memberikan Alexander sebuah apel.
Lambat laun, orang-orang mulai menerima Alexander di tengah-tengah mereka. Ia tidak lagi dianggap sebagai binatang buas berbahaya.
Suatu malam, Yuri dan Anna diundang ke sebuah pesta agak jauh di kota. Dmitry ditinggal di rumah ditemani Alexander. Pintu rumah dikunci dari luar agar tidak dimasuki orang jahat. Yuri sangat percaya pada Alexander.
Melihat Dmitry tidur nyenyak, Alexander merebahkan tubuhnya di dekat boks bayi. Semua keperluan Dmitry telah disiapkan di dekatnya. Jika bayi itu terbangun, Alexander tinggal memberikan botol susu, atau menggoyang-goyangkan boks bayinya.
Ketika sedang terkantuk-kantuk. Hidung Alexander mencium bau benda terbakar. Ya ampun, ternyata api telah berkobar di dapur. Dan mulai menjilat gorden dan benda-benda mudah terbakar lainnya. Alexander agak panik. Untunglah ia teringat untuk menyelamatkan tuannya. Alexander segera mengangkat Dmitry dan menggendongnya di pundak. Di pecahkannya kaca jendela dan melompat keluar. Api yang mengganas membuatnya semakin takut dan berlari tak tentu arah. Tanpa sadar ia telah jauh masuk ke dalam hutan yang dihuni kawanan serigala.
Kekalutan makin mencekam. Serigala-serigala pembunuh itu mengepung Alexander dan Dmitry . Arrgh! Alexander berulang kali mengeluarkan auman yang menakutkan. Serigala-serigala itu menggonggong sambil memamerkan tajamnya taring-taring mereka.
Susah payah Alexander mencoba mengadakan perlawanan. Untuk pertama kalinya ia menggunakan cakar-cakarnya untuk mengusir serigala yang menyerangnya. Sementara sebelah tangannya erat memeluk Dmitry. Beberapa cakaran sempat bersarang di tubuh serigala-serigala itu. Namun, karena jumlah yang tak seimbang, justru Alexanderlah yang lebih banyak terluka. Dengan auman terakhir yang sangat keras, ia memaksa kawanan serigala itu lari tunggang langgang. Tak kuasa menahan pedihnya luka-luka di sekujur tubuhnya, Alexander roboh ke tanah yang diliputi salju.
Orang-orang desa membantu keluarga Yuri memadamkan api di rumahnya yang sebagian besar telah hangus. Mereka menemukan keranjang Dmitry kosong tanpa pemiliknya.
"Oh...Yuri! Di mana Dmitry, anak kita?" Anna menangis histeris.
Tiba-tiba seseorang dari mereka berteriak, "Hei! Ada jejak Alexander di salju!" warga desa sepakat mengikuti jejak-jejak itu.
Dari kejauhan sayup-sayup terdengar tangis kecil Dmitry. Ketika ditemukan, ia dalam pelukan Alexander yang hangat. Ada bercak-bercak darah di wajah Dmitry, namun tak ditemukan sedikitpun luka padanya. Tapi sungguh tragis, si beruang sahabat warga desa itu tak dapat diselamatkan nyawanya. Ia telah kehilangan banyak darah.
Alexander dikuburkan tak jauh dari peternakan. Pemakamannya dihadiri orang-orang yang pernah ditolong dan disapanya tiap pagi. Semua terharu akan pengorbanan seekor beruang untuk sahabat manusianya.
Sumber : Majalah Bobo Terbitan 19 Juni 2003
Diterjemahkan oleh Tatas Ajidharma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar